Rabu, 01 Oktober 2014

Dokter Sehat - Informasi Kesehatan Indonesia

Dokter Sehat - Informasi Kesehatan Indonesia


Bolehkah Makanan Bersantan untuk Bayi?

Posted: 30 Sep 2014 07:00 PM PDT

DokterSehat.Com - Setelah usia bayi anda 6 bulan pemberian makanan pendamping asi diberikan untuk memperkenalkan beberapa nutrisi yang terkandung di dalam bahan-bahan makanan. Selain itu pemberian MPASI akan mengalami perubahan tekstur dari bubur saring menuju nasi sesuai dengan tahapan usia, hal ini penting untuk menyesuaikan pencernaan dengan usia bayi.

Begitupula dengan memberikan beragam makanan, meskipun sebaiknya anda selektif. Tidak saja selektif dalam memilih bahan makanan untuk bayi, anda juga harus memperhatikan tambahan (bumbu-bumbu) yang digunakan. Pada awal pemberian MPASI tidak diperlukan tambahan gula dan garam dikarenakan terlalu banyak penyedap dalam MPASI akan mempengaruhi kondisi kesehatan bayi anda. Bagaimana dengan penambahan santan pada MPASI bayi?

Santan atau cairan putih kental yang dihasilkan dari kelapa mempunyai kandungan lemak yang dapat membuat makanan terasa gurih, santan dapat dijadikan tambahan ketika memasak atau membuat kue. Meskipun rasa gurih secara alami dari kelapa akan tetapi pencernaan bayi masih belum sempurna dalam menerima beberapa makanan termasuk santan, oleh karena itu pemberian santan sebaiknya tidak diberikan pada usia bayi 6 bulan. Anda dapat menunggu sampai usia bayi anda 9 bulan dalam memberikan makanan bersantan.

Pada usia bayi 9 bulan, anda dapat membuat MPASI berupa tim dengan campuran sayuran yang diberi satu sendok makan santan. Sayuran memang sangat dibutuhkan dalam memberikan vitamin dan mineral dalam pertumbuhan bayi anda. Kandungan sayuran yang kaya akan vitamin akan lengkap dengan tambahan lemak dari santan. Sebaiknya hanya membuat makanan bersantan untuk satu porsi saja, apabila disimpan dalam suhu ruangan akan mudah basi dan mengganggu kesehatan pencernaan bayi anda.

Berikut adalah beberapa manfaat santan untuk tubuh :

  1. Nutrisi
    Santan mengandung vitamin, mineral, elektrolit, potasium, kalsium, dan khlorida. Hanya pada satu jenis bahan makanan, Anda bisa memperoleh berbagai nutrisi di dalamnya.
  1. Meredakan sakit
    Jika Anda mengalami radang tenggorokan atau sakit bisul, cobalah untuk mengkonsumsi santan. Santan dipercaya meredakan gejala penyakit tersebut.
  1. Melancarkan metabolisme tubuh
    Lemak yang alami terdapat di dalam santan, pada usia bayi 9 bulan dapat diperkenalkan pada bayi. Kandungan lemak santan dapat melancarkan proses metabolisme di dalam tubuh pada bayi, meskipun demikian anda harus membatasi dalam jumlah yang wajar dikarenakan pencernaan bayi masih rentan.
  1. Membantu penyerapan vitamin
    Santan tidak saja baik untuk tubuh anak anda melainkan untuk membantu dalam penyerapan vitamin salah satunya vitamin A, E, D, dan K secara optimal. Sehingga pemberian secara teratur dan dalam jumlah wajar dapat anda tambahkan pada MPASI anak anda yang berusia 9 bulan.
  1. Lemak sangat membantu pembentukan organ
    Kandungan lemak santan dapat membantu dalam pembentukan empedu, jaringan otot, hati, ginjal, kelenjar adrenalin dan juga plasma darah pada bayi. Pada beberapa kondisi bayi mungkin saja tidak dapat mencerna santan, sehingga anda dapat menghentikan pemberian santan pada MPASI bayi.
  1. Zat penting dalam meningkatkan kecerdasan
    Santan memiliki zat penting dalam perkembangan sel otak salah satunya dapat meningkatkan kecerdasan anak. Walaupun sebaiknya pemberian makanan bersantan sesuai menu keluarga sebaiknya diberikan pada usia anak 1 tahun, selain itu jangan berikan anak anda makanan dengan bumbu yang tajam dan teksturnya yang sulit dicerna oleh anak anda.

Sering cemas soal kesehatan? Itu gejala penyakit mental!

Posted: 30 Sep 2014 05:00 PM PDT

DokterSehat.Com - Suatu penyakit mental dimana seseorang yang merasa bahwa dirinya menderita sebuah penyakit yang gawat dan serius seumur hidupnya, padahal tidak ditemukan adanya suatu penyakit ataupun kelainan kesehatan di dalam tubuhnya disebut dengan hipokondria. Orang yang mengalami penyakit hipokondria biasanya akan terus menerus merasa gelisah, panic dan memiliki pikiran yang negative tentang kesehatannya. Oleh karena itu, orang yang mengalami penyakit hipokondria ini pasti akan membuat dirinya sendiri atau bahkan banyak orang menjadi repot.

Orang-orang yang mengalami penyakit hipokondria biasanya akan menganggap dirinya terkena kanker otak saat terserang pusing atapun menyangka bahwa dirinya terkena gejala kanker jika terkena batuk, meskipun masih dalam tahap yang ringan.

Berikut ini tanda-tanda hipokondria :

1. Terobsesi dengan tes medis dan berhasil
Karena sering merasa menderita suatu penyakit yang gawat, akhirnya para penderita hipokondria sering melakukan tes medis. Entah itu dilakukan seminggu sekali atau lebih. Mulai dari check up sederhana seperti tekanan darah sampai yang berat. Selain itu mereka sangat mengkhawatirkan soal hasil, meski nyatanya mereka masih sehat.

2. Terus berpikir jika terkena masalah kesehatan
Anda akan selalu murung dan terus berpikir jika ada bagian tubuh yang bermasalah. Padahal tubuh Anda baik-baik saja. Sikap ini bisa membuat Anda stres. Dan justru malah mendatangkan penyakit.

3. Sering mengunjungi dokter
Penderita hipokondria sering mendiagnosa dirinya sendiri jika memiliki masalah kesehatan kemudian berkonsultasi mengenai berbagai penyakit. Nyatanya diagnosa mereka meleset.

4. Anda memberi tahu semua orang tentang penyakit Anda
Gejala hipokondria lainnya adalah Anda menghabiskan waktu dengan membicarakan soal penyakit yang Anda derita. Sampai-sampai mereka akan muak dengan cerita Anda dan mulai mengabaikan kesehatan Anda karena sudah jenuh mendengarnya.

5. Sering cemas
Ini tanda umum dari hipokondria. Karena mereka sangat khawatir dengan tubuhnya, sering mengeluhkan hal-hal sepele bahkan dibesar-besarkan. Bersin sekali saja sudah dianggap penyakit berat, suhu tubuhnya sekitar 39 derajat sudah dikira kena kanker. Hal tersebut bikin mereka sering cemas.

6. Stres sepanjang waktu
Karena kecemasan, kekhawatiran yang berlebihan membuat Anda stres sepanjang waktu. Jika sudah dalam tingkat ini sebaiknya Anda kontrol ke psikolog untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar